Pak Noven

Halo 01.

BP Noeringtyas
Kenalin Ini

--

Photo by Kenny Eliason on Unsplash

Sore lalu kukawinkan banyak alfabet di keyboard WA ku ke Ibu, hendak ijin ke kampus untuk bertemu dengan Pak Noven. Belum lewat sepuluh menit pesan terkirim, Ibu sudah ada diambang pintu. Melihatku memakai sepatu dengan baju yang diakui sebagai baju kampus, Ibu bertanya hendak kemana. Jelas. Pesan WA belum terbaca oleh Ibu karena mungkin tadi sedang di atas salah satu kendaraan penyedia layanan ojol.

“Mau ke Pak Noven” — jelasku

“Ngapain?” — sahut Ibu

“Mau terima kasih dan silaturahim” — penutup obrolan ini.

Ibu tahu jelas jika saya sudah menyebut “Pak Noven”, restunya tidak perlu diragukan. Malah seingat saya, beberapa tahun lalu, sebelum pandemi COVID 19, Ibu yang pernah datang ke fakultasku, pernah bertemu Pak Noven, dan mengaku sebagai Ibuku.

#Ibu adalah guru BP di salah satu SMA di Surabaya yang tentu sering datang ke kampus bersama murid-muridnya untuk acara Open House.

Pak Noven adalah dosen wali akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi semasa S1. Saat Danu, bertanya siapa ya dosen wali akademik kami, dia menyebut salah satu nama dosen yang kata senior asik untuk diajak diskusi selama kuliah, aku mengamini saja. Karena siapapun itu yang jelas bisa beliau mampu melakukan pendampingan yang baik. Dan bagiku, beliau adalah Pak Noven.

Ruang kerja Pak Noven dulu, di medio 2012, dihubungkan dengan lorong kecil di lokus dekat ruang paling riuh se-fakultas; bagian akademik. Tentu sekarang ruang ini entah kemana, karena diriku yang jarang ke kampus ini, lebih jarang lagi melewati daerah itu. Ingat benar di ruang tersebut, Pak Noven punya tradisi untuk bertemu satu per satu mahasiswa perwaliannya, sesudah menerima KHS — kartu hasil studi (semacam rapor per semester yang isinya deretan mata kuliah disertai nilai di sebelah kanannya dan IP semester di bagian bawah). Selain mengulas tentang nilai semester terambil, dalam waktu yang sangat sebentar itu, Pak Noven selalu mengeluarkan buku panduan akademik yang di belakangnya terdapat list mata kuliah di semester depan. Semester yang akan diambil. Beliau akan bertanya ini dan itu. Kegiatan ekstra apa yang sedang dan akan diambil. Rencana ke depan mau ngapain. Tujuannya: Pak Noven bisa tahu kita mau ambil berapa SKS dan beliau bisa beri saran yang baik untuk kami melalui semester tersebut dengan memberikan gambaran paling dekat tentang mata kuliah-mata kuliah tersebut. Sesi bersama Pak Noven di sela-sela semester adalah sesi yang sungguh menyenangkan dan penuh karena bisa tahu kiranya kita bisa melakukan apa di semester depan. Bahkan kami punya grup Line satu angkatan khusus di bawah perwalian Pak Noven untuk koordinasi dan tukar kabar satu dengan yang lain.

Maka dengan ini tugas Pak Noven sebagai dosen wali terpenuhi dengan baik.

Menuju akhir studi, waktunya memilih dosen pembimbing skripsi, pilihan saya terbatas saat itu. Dari pilihan yang terbatas tersebut, saya akhirnya melamar Pak Noven di tengah-tengah bimbingan semester seperti biasa. Beliau setuju. Dan syukurnya, meski saya perlu ke Malang dan Jember untuk tahu dengan detil penelitian saya, tapi selesai juga dan berakhir dengan cukup baik. Hampir menyerah untuk lulus lebih cepat karena hitungan kuantitatif yang belum yakin keabsahannya, Pak Noven meyakinkan untuk maju sidang saja. Meski terbilang baru dan cukup sulit penelitian ini, banyak yang dipelajari.

Maka dengan ini tugas Pak Noven sebagai dosen pembimbing terpenuhi dengan baik.

Selepas lulus, saya, Yeano, dan Esti diminta oleh Bu Nia (I will told about her later! so exciting!) untuk bantu tim Akreditasi jurusan yang akan datang. Sebelum dan saat itu, jurusan kami masih B. Alhamdulillah, sejak 2016, jurusan kami jadi A, bahkan Unggul saat ini. Pak Noven juga tergabung dalam Tim Akreditasi itu. Kami semua melewati satu bulan puasa penuh untuk mengumpulkan dan membuat banyak sekali dokumen dan prasyarat sebelum visitasi Akreditasi. Kami semua akhirnya menjadi lebih dekat. Sehingga makin menegaskan bahwa memang kultur departemen kami sangat kekeluargaan.

Akreditasi berakhir beberapa bulan sebelum saya akhirnya masuk pekerjaan pertama saya. Sejak itu hingga hari ini, saya tidak pernah putus kontak dengan Pak Noven. Bahkan sejak lulus magister tahun lalu, Pak Noven menghubungi saya untuk ikut tipis-tipis bantu berideasi di lembaga pengembangan jurusan saya.

Sore tadi, saya menunggui Pak Noven yang ternyata, legenda antri dari sejak saya skripsi, meski sudah tidak menjadi koordinator Program Studi, masih terjadi. Saya mendengar sayup-sayup suara di ruang tengah departemen dari kursi tunggu depan meja Pak Syaiful. Ada suara Pak Noven dan dua mahasiswa bimbingan (menjadi tiga beberapa saat kemudian saat satu orang masuk ke departemen) yang sedang beradu argumen dan hitungan tentang ekonomi dan variabelnya.

Sambil menunggu, kuberkeliling pandang di ruang tunggu departemen. Rak display buku masih ada disana, meski foto Prof. Raditya yang ukuran cetaknya hampir menyamai rak tersebut, sudah raib. Beberapa X-Banner yang dulu ada dipojokan juga sudah hilang entah kemana. Tulisan huruf Arab yang berada di atas tulisan berbahasa Inggris diperbaiki tata letak dan latar belakangnya agar mudah terbaca. Logo kampus yang baru juga sudah ada disana. Seluruh interior departemen berubah mengikuti tema fakultas yang memberikan kesan lebih fresh dan progresif. Tapi ada satu yang membuatku bernostalgia:

tiga pigura kayu berukuran A4 yang berisi tentang kompetensi lulusan, visi-misi departemen, dan satu lagi aku tak ingat apa masih disana. Itu adalah warisan tim Akreditasi 2016. Tidak ditambahi apa-apa. Percis seperti sedia kala. Praktis usianya sudah sama seeperti aturan usia masuk SD negeri — tujuh tahun!

Jelas aku tak tahu kenapa itu masih tergantung disana. Apa memang belum ada upaya untuk menggantinya atau masih relevan untuk dibaca, aku juga kurang paham. Tapi yang jelas, dari sedikitnya orang yang berlalu lalang, mungkin hanya beberapa yang berhenti dan memerhatikan. Itu pun tidak ditemui banyak hal yang bisa dibawa pulang ke rumah dan diceritakan ke keluarga atau teman kosan.

Seringkali, banyak hal kecil yang masih dilakukan, ditempatkan, dan disimpan, saat datang untuk menjenguknya, lebih mutakhir ketimbang mesin waktu yang dijanji-janjikan pelbagai film sci-fi.

Dalam silaturahim kali ini, diriku memberi tahu satu berita ke Pak Noven atas bantuan dan wejangan beliau beberapa waktu lalu, saya berada pada sesuatu yang, Insha Allah, lebih baik. Maka kembali kepada guru dan menunjukkan bahwa mereka telah membentuk diri kami dengan baik adalah hal yang saya yakini baik dan juga mampu menguatkan apresiasi. Tentu, ini jadi awal yang baru dan (semoga) baik bagi hubungan kami berdua sebagai guru dan murid.

Tak terasa sudah menjelang pukul sepuluh malam. Diriku tergopoh kembali ke parkir gedung pelangi. Pintu kaca kantin akses menuju parkir gedung pelangi sudah ditutup, aku mengambil jalan berputar dan melihat ada dua penjaga parkir yang menjagongi sepeda ku yang tidak tahu malu. Takut kena semprot, aku bilang beberapa alasan penguat. Tapi memang jaman sudah berubah. Penjaga parkir kampus malam ini sungguh sangat ramah. Senyum tersungging saat aku bilang beberapa alasan yang jelas kukarang. Dalam kantong HokBen masih tersisa satu salad yang harusnya untuk mas Rohman, tapi kali ini memang rejeki sang Penjaga parkir. Semoga senyum ramahnya berujung berkah. Nuwun mas!

Pak Noven, setidaknya bagi angkatanku terkesan sebagai orang yang ‘unik’. Banyak yang ‘kesal’ masa itu jika judul penelitian TA mereka ditolak. Tapi aku paham, itu dilakukan Pak Noven dengan alasan yang baik. Sebab Pak Noven jarang menolak satu hal jika alasannya cukup beralasan, dapat dijelaskan, dan baik. Jika itu tertolak, maka perlu ada peninjauan kembali dan itu juga proses belajar.

Bagiku, Pak Noven adalah pemelajar yang tekun. Syahdan, banyak postingan di Instagram Pak Noven yang sebenarnya bisa ditemukan banyak hal baik dan hikmah berkepanjangan apabila mau mencari. Pak Noven juga sering memiliki ide yang out of the box dan sangat menarik. Meski begitu, kadang aku juga tidak sampai pada pikiran-pikiran tersebut. Sebab saking uniknya!

Pak Noven juga menjadi salah satu pelopor pembelajaran berbasis daring di level fakultas bahkan universitas serta pendorong pengembangan kurikulum berbasis OBE di banyak sekali kesempatan.

Semoga selalu dalam kondisi sehat dan baik Pak!

Terima kasih sudah sejauh (dan semoga setelah) ini membersamai proses bertumbuh saya.

Sejujurnya aku engga nyangka kalau tulisan pertama rubrik “Kenalin Ini” adalah cerita singkat tentang Pak Noven. Tapi, karena beliau adalah underrated lecturer — maksudku: bisa banyak sekali rentetan serta runtutan yg dapat diceritakan tentang beliau namun sedikit yg menuturkan — maka diriku mengetik ini untuk mengabadikan beliau dan mengenalkan beliau kepada pembaca medium ini. Benar bahwa departemen kami dua tahun belakangan ini mengukuhkan hingga enam guru besar, kurikulum kami makin ajeg, dan banyak orang Wow yg bisa diceritakan, tapi menarasikan Pak Noven bagiku adalah sebuah keperluan.

Selamat bersua dengan Pak Noven, teman-teman.

--

--

BP Noeringtyas
Kenalin Ini

Seizing subtle things thru written storytelling while dancing w/@renjanainclusive (follow us on IG!) / SBM ITB MBA / UNAIR BSc in Islamic Econ / ID Based